Tanpa adanya perhatian serius masing-masing pasangan suami istri
terhadap prinsip-prinsip kehidupan rumah tangga dan akhlak, bahtera yang
dibangun selama ini akan pudar begitu saja, yang efeknya tidak saja
merusak pribadi
masing-masing, akan tetapi masyarakat sekitar juga akan merasakan
dampaknya. Karena rumah tangga adalah bagian terkecil dari kehidupan
sosial, baik buruknya kehidupan sosial tergantung dengan baik buruknya
kehidupan setiap rumah tangga.
1. Berakhlak Buruk
Rasulullah SAW bersabda “Akhlak buruk akan menyebabkan hidup sulit
dan batin tersiksa”. Akhlak yang buruk merupakan sifat yang jelek, dan
sulit bahkan tidak mungkin bagi orang lain untuk menerimanya. Bila salah
satu dari pasangan suami istri terjangkit akhlak buruk, maka ia akan
mengubah rumah tangganya menjadi sebuah neraka.
Berakhlak buruk, baik dalam lingkungan kerja maupun lingkungan
masyarakat dan lingkungan keluarga, adalah penyebab kesusahan bagi
pelakunya maupun orang-orang sekitarnya. Dalam riwayat ditekankan
“Jangan sampai kawin dengan orang yang akhlaknya buruk!” karena akhlak
buruk menyebabkan kesedihan. Sebagaimana riwayat Imam Ali AS bahwa
setengah dari penyebab ketuaan adalah sedih.
Tentunya berakhlak buruk di sini memiliki makna umum,seperti : galak,
muka masam dan cemberut, berkata-kata pedas, mencaci maki dan
lain-lain. Sifat-sifat yang ada ini, bila terdapat pada salah satu
pasangan suami istri, maka kehidupan rumah tangga akan menjadi pahit dan
suram. Yang pada akhirnya menyebabkan padamnya api kasih sayang di
antara keduanya.
2. Mencari-cari Aib dan Kejelekan Orang Lain
Manusia, selain memiliki sisi kebaikan, ia juga memiliki sisi
kejelekan. Tidak seorang pun berhak untuk mengharapkan orang lain
sempurna. Orang yang selalu bersandar pada kekurangan orang lain,
senantiasa curiga dan tidak merasa cukup dengan apa yang ada pada orang
lain. Suami atau istri
yang bersandar pada kesalahan pasangannya, sekecil-kecilnya kesalahan
pasangannya akan dijadikan alasan untuk memarahinya. Bila suami atau
istri demikian, maka pasangannya akan menjauhinya, dan kehidupan bagi
mereka tidak menyenangkan lagi.
Bila kita ingin memiliki suasana yang hangat dalam kehidupan rumah
tangga, mari kita lihat sisi positif pasangan kita. Sehingga kita tidak
mudah marah, juga tidak membuat pasangan kita tersiksa. Bila pasangan
kita berbuat salah atau berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan
keinginan kita, maka jangan spontan melakukan interaksi.
Mencari-cari kejelekan orang lain akan merusak hubungan yang sudah
akrab sebelumnya. Bahkan akan menjadikan permusuhan. Sebaliknya memuji kelebihan orang lain akan membuat hubungan semakin akrab.
Dudukkan orang lain sebagai diri kita, jika kita senang orang lain
menghormati kita maka kita hormati orang lain. Jika kita tidak suka
orang lain berakhlak buruk kepada kita, maka jangan berakhlak buruk
terhadap orang lain.
3. Tidak mau Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang tidak mau memaafkan
kesalahan orang lain. Pemaaf adalah salah satu dari sifat Allah. Barang
siapa yang ingin mendapatkan ampunan ilahi, ia harus memiliki sifat
pemaaf. Bagaimana mungkin seseorang akan diampuni oleh Allah, sementara
ia sendiri tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Seseorang bisa
mengetuk pintu Allah melalui sifat yang dimilikinya. Katakanlah
seseorang mau minta ampun kepada Allah, maka ia harus memiliki sifat
ilahi tersebut.
Orang yang tidak mau mengampuni kesalahan orang lain, akan membuat
orang lain benci dan dendam kepadanya. Apalagi jika hal ini terjadi
dalam sebuah rumah tangga. Yang seharusnya anggota keluarga memaafkan
yang lainnya, malah keadaan dibikin lebih ruwet yang akibatnya lebih
fatal.
4. Memasukkan Urusan Luar ke dalam Rumah Tangga
Seorang suami atau istri yang memiliki kesibukan di luar rumah,
senantiasa berhadapan dengan berbagai macam bentuk sikap dan perilaku
manusia. Bila suami atau istri di luar rumah bermasalah dengan rekan
kerjanya, hal ini tidak perlu diceritakan kepada pasangannya. Mengapa
demikian, karena suami atau istri akan menemukan titik kelemahan
pasangannya, dan suatu saat akan dijadikan kunci untuk menjatuhkannya,
bila terjadi percekcokan di antara keduanya.
Begitu juga, masing-masing pasangan suami istri jangan menceritakan
kelebihan dan memuji-muji teman kerjanya; teman kerja perempuan maupun
laki-laki, karena akan berakibat fatal. Misalnya; suami
menceritakan kelebihan teman kerja perempuannya kepada istrinya, maka
akan timbul kecurigaan pada istri terhadap suaminya. Begitu juga
sebaliknya. Bila suami menceritakan kelebihan teman kerja prianya, maka
istri akan membanding-bandingkan orang tersebut dengan suaminya.
Sementara, membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan apa yang
dimiliki orang lain akibatnya adalah kita tidak merasa nyaman dengan
apa yang kita miliki. Kita senantiasa merasa kurang dan lupa dengan
pemberian Allah. Yang tampak di mata kita hanya kepunyaan orang lain,
sehingga kita tidak mensyukuri apa yang diberikan Allah kepada kita.
Orang yang senantiasa membanding-bandingkan pekerjaan, harta, posisi dan
segala apa yang dimilikinya dengan apa yang dimiliki orang lain, ia
tidak akan merasa tenang dalam hidupnya.
Jalan keluar, agar jangan sampai kita hanya melihat apa yang dimiliki
orang lain adalah pertama, meyakini bahwa apa yang diberikan Allah
kepada setiap hamba-Nya akan dimintai pertanggung jawaban. Kedua, kita
harus melihat orang-orang yang kondisinya lebih rendah dari kita,
sehingga kita akan senantiasa mensyukuri apa yang diberikan Allah kepada
kita.
Masalah di luar rumah tangga tidak perlu diusung ke dalam lingkungan
rumah tangga, begitu juga sebaliknya masalah dalam lingkungan rumah
tangga tidak perlu dibawa keluar, bila pasangan suami istri ingin hidup
tenang dan tenteram.
5. Tidak Mengungkapkan Rasa Kasih Sayang
Setiap manusia secara fitrah membutuhkan perhatian dan kasih sayang
dari sesamanya. Perhatian dan kasih sayang kaitannya dengan hati. Namun
bila tidak ditampakkan dengan bentuk perilaku dan sikap maka orang lain
tidak akan memahaminya.
Berkaitan dengan kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW bersabda
“Ucapan seorang suami kepada istrinya “Aku mencintaimu” sama sekali
tidak akan hilang dari hatinya”. Seseorang mengungkapkan kasih sayang
kepada sesamanya, khususnya ungkapan kecintaan suami kepada istrinya,
akan membuat istri memahami seberapa jauh kasih sayang suaminya
kepadanya.
Pengungkapan kasih sayang bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti; memberi hadiah, menelepon,
meluangkan waktu untuk berbincang-bincang, bercanda, dan mengungkapkan
dengan kata-kata. Ungkapan kasih sayang suami kepada istri adalah motor penggerak dalam kehidupan mereka.
Bila suami mengingat hari ulang tahun
kelahiran istrinya, hari perkawinan mereka, kemudian mengadakan acara
untuk mensyukuri ikatan suci ini, suami mengucapkan terima kasih atas
segala jerih payah si istri, dan meminta maaf atas segala kesalahannya,
maka kehidupan mereka akan lebih ceria dan menyenangkan, begitu juga
kekhawatiran dan kesedihan yang menghantui pikiran istri tidak akan
mampu memisahkan ikatan suci keduanya, dan tidak seorang pun bisa
mewujudkan kedengkian di antara keduanya.
Dalam kehidupan rumah tangga, perlu adanya pengungkapan rasa kasih
sayang dari kedua belah pihak, di berbagai kondisi. Bila suami atau
istri berpikir bahwa kasih sayang hanya berurusan dengan hati, dan tidak
perlu diungkapkan, maka kehidupan rumah tangga akan menjadi dingin dan
senyap, dan kecintaan masing-masing terhadap pasangannya akan memudar.
Boleh jadi seseorang mudah untuk mengikat sebuah ikatan perkawinan, namun menjaga ikatan, perlu ilmu dan cara-cara
yang diperlukan, karena pasangan kita bukan barang, melainkan orang.
Orang yang memiliki perasaan. Di sinilah kita harus menjaga perasaan
pasangan kita, agar ikatan suci perkawinan tetap terjaga sampai kita
tua.
(
Sumber tulisan : Emi Nur Hayati Ma’sum Said – Mahasiswi S2 Jurusan Tarbiyah Islamiyah & Akhlak di Universitas Jamiah Azzahra, Qom – Iran )